Tak banyak orang Indonesia yang menguasai qiraah sab’ah (tujuh macam bacaan). Dari segelintir orang itu, salah satunya adalah Ahmad Dzulhilmi, imam Masjid Sunan Ampel, Surabaya. Menurut Rois Syuriah PCNU Surabaya ini, ia mendapat sanad qiraat sab’ah dari Abdul Ghoffar Abdul Fattah Addurubi.
Dzulhilmi panggilan akrabnya belajar secara langsung tatap muka dengan syeikh asal Suriah ini di pelataran Makkah.
“Saya belajar selama empat tahun sama beliau,” ujarnya kepada hidayatullah.com di kediamanya tak jauh dari komplek masjid Ampel Rabu (06/07/2011).
Menurutnya, alasan tak banyak orang mau belajar qiraah sab’ah karena dianggap tak prospek dan terkesan sulit. Padahal, bidang tersebut sangat penting untuk menjaga khasanah ilmu al Quran.
“Ketika itu, hanya saya sendiri dari Indonesia yang belajar dengan beliau. Para mahasiswa Indonesia di Ummul Qura tidak tertarik dengan bidang ini,” katanya.
Minimnya orang Indonesia yang mau belajar qiraah sab’ah membuat bidang ini tak begitu populer di tanah air. Qiraah yang berkembang di Indonesia justru bacaan dengan lagu.
“Padahal qiraah sab’ah bukan lagu bacaan. Cakupannya lebih luas dari itu,” terangnya.
Karena itu, ia ingin mempopulerkan qiraah sab’ah di tanah air. “Alhamdulillah. Kini qiraah sab’ah sudah mulai populer. Dulu kita juga menginisiasi MTQ dengan qiraah sab’ah di Garut,” terangnya. Tidak hanya itu, lanjutnya, ia juga mengajarkannya kepada sejumlah murid. Sepuluh di antaranya telah mendapat sanad qiraah sab’ah darinya.*
sumber:hidayatullah
“Saya belajar selama empat tahun sama beliau,” ujarnya kepada hidayatullah.com di kediamanya tak jauh dari komplek masjid Ampel Rabu (06/07/2011).
Menurutnya, alasan tak banyak orang mau belajar qiraah sab’ah karena dianggap tak prospek dan terkesan sulit. Padahal, bidang tersebut sangat penting untuk menjaga khasanah ilmu al Quran.
“Ketika itu, hanya saya sendiri dari Indonesia yang belajar dengan beliau. Para mahasiswa Indonesia di Ummul Qura tidak tertarik dengan bidang ini,” katanya.
Minimnya orang Indonesia yang mau belajar qiraah sab’ah membuat bidang ini tak begitu populer di tanah air. Qiraah yang berkembang di Indonesia justru bacaan dengan lagu.
“Padahal qiraah sab’ah bukan lagu bacaan. Cakupannya lebih luas dari itu,” terangnya.
Karena itu, ia ingin mempopulerkan qiraah sab’ah di tanah air. “Alhamdulillah. Kini qiraah sab’ah sudah mulai populer. Dulu kita juga menginisiasi MTQ dengan qiraah sab’ah di Garut,” terangnya. Tidak hanya itu, lanjutnya, ia juga mengajarkannya kepada sejumlah murid. Sepuluh di antaranya telah mendapat sanad qiraah sab’ah darinya.*
sumber:hidayatullah
0 komentar:
Posting Komentar